Terapi Bermain

Nama : Dyah Ayu Pratiwi

Kelas : 3 PA 14

NPM  : 12513735

TERAPI BERMAIN

Sejarah singkat perkembangan teori bermain
Bermain pada awalnya belum mendapat perhatian khusus dari para ahli jiwa, karena terbatasnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan kurangmya perhatian mereka terhadap perkembangan anak. Salah satu tokoh yang dianggap berjasa untuk meletakkan dasar tentang bermain adalah seorang filsuf Yunani bernama Plato. Plato dianggap sebagai orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain.
Bermain juga dapat digunakan oleh guru atau orang dewasa lainnya untuk membina hubungan dengan anak, karena selama bermain suasananya bebas maka anak merasa tidak takut-takut untuk bermain bersama. Hal ini sangat berguna untuk membantu membina hubungan dengan anak-anak yang sulit menyesuaikan diri, tapi perlu diingat agar suasana diciptakan sedemikian rupa sehingga anak tidak merasa dipaksa atau terpaksa. Kadang-kadang diperlukan beberapa kali pertemuan atau kegiatan bersama anak sampai anak merasa lebih bebas, relaks. Karena kegiatan bermain tidak akan muncul bila anak merasa asing dengan lingkungannya.

A. Definisi

Menurut Thompson dan Henderson (2007), terapi bermain adalah penggunaan model-model teoristis secara sistematis untuk menjalin sebuah proses interpersonal dimana seorang terapis menggunakan kekuatan-kekuatan terapeutik dari kegiatan bermain untuk membantu klien dalam mencegah atau mengatasi masalah psikososial dan mencapai taraf pertumbuhan serta perkembangan secara optimal. Terapi bermain juga dapat didefinisikan sebagai pemanfaatan permainan media yang efektif oleh terapis untuk membantu klien menyelesaikan kesulitan psikososial serta mencapai pertumbuhan optimal melalui ekspresi diri

B. Tujuan Bermain

Terapi bermain bertujuan untuk mengubah tingkah laku individu yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan sehingga individu mampu diubah perilakunya melalui cara yang menyenangkan.

C. Kategori Bermain

– Bermain aktif, yaitu anak menggunakan energi inisiatif. (bermain bola)

– Bermain pasif, yaitu energi yang dikeluarkan sedikit sehingga tidak perlu melakukan aktivitas tertentu dan hanya melihat. (memberi support)

D. Penggunaan terapi bermain sebagai teknik psikoterapi

1. Nilai Terapiutik dari Permainan

              Saat anak mengeluarkan perasaannya melalui permaianan, maka mereka membawa perasaan tersebut ke dalam tingkat kesadaran, sehingga akhirnya mereka akan terbuka, menerima dan belajar mengendalikan atau menolaknya.

Bentuk-bentuk permaianan untuk mengekspresikan diri dapat berupa :

  1. Maianan kehidupan nyata. Boneka yang terdiri atas keluarga, boneka rumah-rumahan, binatang peliharaan atau tokoh kartun dapat menjai media untuk mengekspresikan perasaan secara langsung. Terapis dapat menggunakan mainan mobil-mobilan, alat masak tiruan kartu bergambar, atau kapal-kapalan untuk melihat pengalaman hidup klien.
  2. Maianan pelepas agresivitas-bermain peran. Klien dapat mengkomunikasikan emosi yang terpendam melalui mainan atau materi seperti karung tinju, boneka tentara, boneka dinosaurus dan hewan-hewan buas, pistol dan pisau mainan, boneka orang dan balok kayu.
  3. Mainan pelepas emosi dan ekspresi kreativitas. Pasir, air, balok, atau lilin dapat menjadi sarana klien mengekspresikan emosi atau kreativitasnya.

2. Kepada Siapa Terapi Bermain Diberikan

Terapi bermain dapat dipakai baik sebagai asesmen maupun sebagai terapi. Sebagai sebuah terapi, terapi bermain dapat diberikan kepada anak yang :

–          Mempunyai pengalaman diperlakukan dengan kejam dan diabaikan

–          Gangguan emosi dan skizofren

–          Takut dan cemas

–          Mengalami masalah penyesuaian social

–          Kesulitan bicara

–          Mengalami gangguan visual spatial

–          Anak penyandang autism.

3. Prosedur dalam Terapi Bermain

Fase Persiapan :

Sebelum memasuki fase terapi bermain anak harus disiapkan sehingga mereka tahu apa yang akan dihadapi dan akan dilakukannya. Guru bercerita bahwa nanti ada banyak permainan dan kamu pasti akan senang serta menjelaskan bahwa proses ini akan membantu anak menemukan hal yang lebih baik.

Proses Terapi Bermain :

Menggambarkan lima tahap dimana anak yang mengalami gangguan emosi berkembang menuju ekspresi diri dan kesadaran diri dalam proses terapi permainan.

E. Klarifikasi bermain

Klarifikasi bermain dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Menurut isi

Social affective play

Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

Sense of pleasure play

Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan alat,misalnya bermain air atau pasir.

Skill play

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.

Dramatika play role play

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

2. Menurut karakteristik sosial

Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.

Paralel play

Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preischool

Contoh : bermain balok

Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian tugas,anak bermain sesukanya.

Kooperatif play

Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu.

F. Karakteristik bermain sesuai tahap perkembangan

  1. Satu bulan

Visual        : Lihat dengan jarak dekat (gantungkan benda yang terang dan menyolok)

Auditori    : Bicara dengan bayi, menyanyi,musik,radio,detik jam

Taktil         : Memeluk,menggendong,memberi kesenangan

Kinetik      : Mengayun,naik kereta dorong

  1. 2-3 bulan

Visual        : Buat ruangan menjadi tenang,gambar,cermin ditembok. Bawa bayi ke ruangan lain, lalu letakkan bayi agar dapat memandang disekitar

Auditori    : Bicara dengan bayi,beri mainan bunyi,ikut sertakan dalam pertemuan keluarga.

Taktil         : Memandikan ,mengganti popok,menyisir rambut dengan lembut,gosok dengan lotion/bedak

Kinetik      : Jalan dengan kereta,gerakan berenang,bermain air

  1. 4-6 bulan

Visual        : Bermain cermin,anak nonton TV. Beri mainan dengan warna terang

Auditori    : Anak bicara,ulangi suara yang dibuat,panggil nama. Remas kertas didekat telinga,Pegang mainan bunyi.

Taktil         : Beri mainan lembut/kasar,mandi cemplung/cebur

Kinetik      : Bantu tengkurap,sokong waktu duduk

  1. 6-9 bulan

Visual        : Mainan berwarna,bermain depan cermin. Beri kertas untuk dirobek-robek.

Auditori    : Panggil nama “Mama …Papa,dapat menyebutkan bagian tubuh. Beri tahu yang anda lakukan,ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.

Taktil         : Meraba bahan bermacam-macam tekstur,ukuran,main air mengalir

Kinetik      : Letakkan mainan agak jauh lalu suruh untuk mengambilnya.

  1. 9-12 bulan

Visual        : Perlihatkan gambar dalam buku. Ajak pergi ke berbagai tempat. Bermain bola, Tunjukkan bangunan agak jauh.

Auditori    : Tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan. Kenalkan dengan suara binatang

Taktil         : Beri makanan yang dapat dipegang. Kenalkan dingin,panas dan hangat.

Kinetik      : Beri mainan

Mainan yang dianjurkan untuk Bayi 6-12 bulan

  • Blockies warna-warni jumlah,ukuran.
  • Buku dengan gambar menarik
  • Balon,cangkir dan sendok
  • Boneka bayi
  • Mainan yang dapat didorong dan ditarik

Sumber :

Foster and Humsberger,1998,Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company,Philadelpia USA.

Hurlock E B. (1991). Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.

 

Leave a comment